Surat Seorang Mahasiswa STAN untuk Bapak Prof. Dr. Bambang Sudibyo

Tulisan ini Bukan Tulisan Asli Oleh Saya. Tapi oleh Teman Se-almamater Saya yang tidak bisa saya sebutkan namanya,,,

Surat Seorang Mahasiswa STAN untuk Bapak Prof. Dr. Bambang Sudibyo

OPINI
| 08 November 2010 | 15:46

Tulisan ini saya buat untuk menanggapi artikel yang dimuat di media suara merdeka online tanggal 04 Nopember 2010 atas artikel yang berjudul “SDM Perpajakan Sebaiknya dari PT“. Saya tujukan tulisan ini kepada Bapak Prof. Dr. Bambang Sudibyo karena ada pernyataannya yang sangat menyakiti hati nurani saya pribadi sebagai mahasiswa STAN.

Artikel bisa dilihat di : http://suaramerdeka.com/v1/index.php…a-dari-PT-Saya merasa sakit hati dengan pernyataan “mantan menteri” Bapak Bambang Sudobyo ketika menjadi pembicara tunggal dalam seminar nasional Reformasi Perpajakan Antara Harapan dan Kenyataan di STIE AUB Surakarta, 4 Nopember 2010. Beliau menyebutkan “STAN yang selama ini menjadi satu-stunya lembaga pendidikan yang mencetak SDM perpajakan harus dihentikan. Hal itu untuk memutus perembetan budaya korupsi.” Ia beralasan bahwa ”SDM atau aparat pajak yang direkrut harus punya kompetensi teknis, profesional, punya integritas, dan nasionalisme yang tinggi.” Lihatlah teman, apakah ucapan tersebut – terutama statement awal – pantas diucapkan oleh orang sekaliber “mantan” menteri keuangan dan menteri pendidikan seperti Bapak Bambang Sudibyo? Tanpa tedeng aling-aling beliau yang “terhormat” berkata dengan lantang sambil mengarahkan telunjuknya ke STAN sambil berkata “STAN ADALAH KAMPUS YANG MENCIPTAKAN SDM PERPAJAKAN YANG KORUPTIF!”

Ada apakah dibalik keberanian sang “mantan” menteri melemparlan statement seperti itu? Mengapa beliau melemparkan statement tersebut ketika beliau sedang “lemah”, sedang tidak memiliki kekuasaan lagi? Apakah beliau ingin mendekap lagi kekuasaannya? Jika memang ia menganggap STAN adalah pencetak koruptor, kenapa tidak dibubarkan saja sejak ia menjabat sebagai menteri keuangan? Tentunya pada saat itu ia memiliki kekuasaan “Super Power” karena STAN berada di bawah kekuasaannya? Apakah selama ini alumni STAN tidak memiliki kompetensi teknis? tidak punya integritas? tidak memiliki nasionalisme yang tinggi? Ataukah beliau bercermin pada saat ia berkuasa?

Statement “pencetak budaya koruptif” adalah sebuah pernyataan yang tak berdasar, yang hanya ingin mendiskreditkan STAN. Siapapun tahu bahwa korupsi sudah mendarah daging di Indoonesia. Korupsi telah menyerang semua lini birokrasi di Indonesia, bahkan orang pintar sekaliber “Sri Mulyani” sendiri harus dilengserkan karena lantang menyuarakan kata integritas dan reformasi birokrasi. Coba tengok pembuatan KTP, pelanggaran lalin, perizinan usaha, birokrasi pemerintah daerah, pemilihan gubernur BI di DPR dan bahkan mantan menteripun tak sedikit yang terjerat kasus korupsi. Korupsi adah permasahan moral, yang salah adalah pelakunya yang memperkaya dirinya sendiri, bukan institusinya.

Sumpah demi Allah bahwa STAN tidak pernah mendidik kami untuk menjadi koruptor. Tidak ada satupun mata kuliah di STAN yang mengajarkan kami untuk menjadi koruptor. Tidak ada seorang dosenpun yang mengajari kami bagaimana cara korupsi yang aman dan nyaman. Tidak ada niat kami kulaih di STAN untuk menjadi koruptor. Tidak pernah terbersit sedikitpun dalam benak orang tua kami mengantarkan kami ke STAN untuk menjadi koruptor. Dan tidak pernah sekalipun dalam doa orang tua kami dalam ibadahnya untuk berdoa kepada tuhan, “Ya Tuhan, jadikanlah anak kami sebagai koruptor, dan biarkanlah dia hidup nyaman dari uang haram…” Jika Anda sebagai pemimpin yang mulia di negeri ini, lihatlah kata-kata Anda telah menjadi pisau yang tidak menyayat hati kami, tetapi juga alumni, dosen dan juga orang tua kami yang telah bersusah payah berdoa dan berusaha setiap hari membanting tulang agar kami bisa lulus dan menjadi orang yang berguna bagi Bangsa ini.

Bapak Bambang Sudibyo yang terhormat, jangan pernah sekalipun Anda menaruh kedengkian kepada kami. Bagaimana perasaan Anda jika berada di posisi kami? Apakah yang akan Anda rasakan ketika Anda telah berusaha keras menyisihkan beratus ribu pesaing? Apakah Anda pernah merasakan seperti kami, meluangkan waktu 3 tahun dalam hidup Anda untuk berjuang melewati jeratan DO hingga lulus nanti? Apakah Anda mengerti perasaan kami saat kami menandatangani surat pernyataan kesanggupan untuk ditempatkan dimana saja? Disaat surat itu kami tandatangani, tak ada hal lain yang bisa kami lakukan kecuali belajar dan belajar, berharap agar hasil pendidikan kami disini memberikan manfaat sehingga kami mendapat penempatan yang layak. Pernahkah Bapak berfikir selama kami bekerja kami memikul beban tanggung jawab pengelolaan keuangan negara yang amat berat? Apakah Anda memikirkan itu semua ketika Anda mengecap kami sebagai calon koruptor? Dimana hati nurani Anda?

Lihatlah asa dan harapan seratus ribu lebih putra-putri generasi muda Indonesia berjuang memperebutkan kesempatan belajar di STAN. Apakah mereka mendaftar STAN hanya untuk menjadi calon koruptor? Anda adalah seorang mantan menteri pendidikan, Anda lebih berkapasitas da;lam mempelajari psikologi pendidikan. Tahukah Anda ketika Anda mengecap STAN sebagai kampus pelopor budaya korupti, Anda telah menyakiti hati seratus ribu lebih siswa-siswi lulusan SMA yang ingin mendaftar USM STAN karena secara tak langsung Anda menuduh mereka ingin menjadi penerus “perembet budaya korupsi” Lihatlah kami disini setiap semester berjuang keras agar lolos dari jeratan DO sehingga kami tidak keluar sebagai pecundang dari STAN karena kami di DO? Dan lihatlah ketika orang tua kami bangga karena berhasil mengantar kami hingga diwisuda di STAN sedangkan hati kami tidak tenang karena menunggu akan kemana SK penempatan membawa diri ini berada. Siapa lagi kalau bukan kami, mahasiswa STAN, yang konsisten siap ditempatkan dimana saja di seluruh Indonesia? Apakah teman kami, sahabat kami, di PTN sana akan mau ditempatkan di Pulau Sabang, Mentawai, Nias, Sangir Talaud, Biak, Wasior dan daerah lain yang “Google Maps” saja sulit menemukan lokasinya?

Apakah Anda tidak pernah menyadari bahwa kemarin, tanggal 4 Nopember 2010, Anda telah salah berucap. Dengan lantangnya Anda mengatakan bahwa “STAN yang selama ini menjadi satu-satunya lembaga pendidikan pemasok SDM perpajakan”. Saat ini kementerian Keuangan tidak hanya merekrut SDM perpajakan dari STAN saja, tetapi juga melalui penyaringan CPNS Kementerian Keuangan. Lalu apakah jika ada pegawai pajak yang terlibat korupsi, haruskah Bapak menyalahkan STAN???

Kami memilih kuliah di STAN bukan karena kami ingin berkorupsi, bukan karena kami tidak mampu kuliah di PTN terkenal di bawah naungan Dirjen Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan Nasional seperti UI, UGM, ITB, UNPAD, UNAIR, UNDIP dan PTN lainnya. Kebanyakan memang kami adalah mahasiswa yang berasal dari keluarga ekonomi pas-pasan, yang tidak mampu melanjutkan kuliah ke PTN favorit, entah karena ketiadaan dana atau biaya pendidikan di PTN yang sangat tinggi. Lalu buat apakah teman-teman kami di STAN, yang sudah kuliah 2, 3 dan 4 semester di perguruan tinggi namun ketika mereka diterima kuliah di STAN mereka tinggalkan studi mereka di PT? Apakah mereka resah karena takut tidak dapat pekerjaan setelah lulus dari Perguruan Tinggi nanti? Buat apa seorang mahasiswa semester 5 Fakultas Kedokteran meninggalkan studinya yang tinggal 2 semester lagi hanya untuk STAN? Buat apa seorang mahasiswa UI, ITB, UNDIP, UNPAD, UNAIR, UGM banyak yang lebih memilih STAN sebagai tempatnya menimba ilmu dibanding di Perguruan Tinggi Negeri yang sudah terjamin nama besarnya. Apakah mereka semua ingin melanjutkan budaya korupsi? Ataukah karena keresahan miss match yang terjadi di dunia pendidikan dewasa ini? Kita lihat saja banyak Sarjana Hukum yang menjadi Sales, banyak Sarjana Pertanian yang bekerja di Kementerian PU, apakah pantas STAN dicap sebagai “Perembet budaya korupsi” sedangkan STAN ikut membantu dunia pendidikan di Indonesia untuk menciptakan konsep link and match dunia pendidikan.

Apakah kami semua mahasiswa STAN hanya ingin menikmati kuliah gratis di STAN dan menikmati jaminan pekerjaan yang nyaman sebagai PNS di lingkungan Kementerian Keuangan? Bapak sebagai seorang mantan menteri sudah tahu pastinya berapa besaran nominal pendapatan bulanan seorang PNS Kementerian Keuangan dari STAN. Jika kami mau, kami bisa memilih jalan lain selain kuliah di STAN dan bekerja sebagai pegawai swasta dengan jenjang pendapatan yang bisa berkali-kali lipat daripada pendapatan seorang PNS biasa. Kami tidak ingin menyombongkan diri kami, banyak teman-teman kami yang memiliki kemampuan yang tidak kalah diadu dengan mahasiswa lain, tentunya masa depan mereka juga tak kalah cerah jika mereka mengambil jalan lain. Kami adalah mahasiswa terpilih, yang telah menyisihkan berpuluh-puluh ribu saingan kami demi menjadi bagian dari almamater STAN. Sebegitu hinakah kami jika kami berlomba-lomba untuk menjadi mahasiswa STAN hanya untuk menjadi KORUPTOR? Kami, mahasiswa STAN, berada di kampus perjuangan STAN ini untuk mengabdi pada negara, bukan untuk menjadi koruptor!

Saya memberikan apresiasi yang sangat tinggi kepada Bapak Prof. Dr. Bambang Sudibyo karena telah berani berbicara lantang dan mengarahkan telunjuknya kepada almamater kami. Akan tetapi, hati dan pikir saya ini hanya mampu menggoreskan pena untuk menjawab pernyataan Bapak yang sungguh sangat menyakitkan hati kami. Kami, sebagai mahasiswa STAN tidak akan terpancing dengan statement Bapak. Sudah berkali-kali kampus kami tercinta ini diterpa isu miring dan cacian dari pihak yang tidak senang dengan eksistensi kami yang terus melejit hingga saat ini. Kini lihatlah hasilnya, semakin kencang angin meniup tempat kami belajar, semakin erat pegangan kami untuk melewati terpaan angin itu dan semakin solid kami mempertahankan tanggung jawab yang kami emban di pundak kami.

Biarkanlah kami disini belajar dengan tenang, menunaikan tugas kami sehingga setelah kami lulus kami dapat menunaikan tanggung jawab kami pada bangsa ini. Tentunya sebagai manusia biasa Bapak hanya bisa mengintip kami dari luar rumah kami, namun akan bedanya jika Bapak berada di dalam dan menjadi bagian kami. Jangan usik kami, kita memiliki tanggung jawab sendiri-sendiri untuk membangun bangsa ini. Jangan pernah merusak sarang semut karena satu semut yang menggigit lengan Anda. Jangan pernah menggeneralisir kami sebagai pelestari budaya koruptif. Lihatlah di KPK sana, banyak alumni STAN yang berada disana, bukan sebagai koruptor, tetapi mereka adalah orang-orang yang menjerat koruptor. Sampai saat ini hanya Gayus Tambunan saja yang mencari masalah dengan hukum dan merusak citra baik almamater kami, tapi ia bukanlah cerminan dari diri kami. Apakah kami selama ini pernah menyinggung perasaan Bapak? Apakah kami pernah menyinggung eksistensi partai Bapak? Ataukah selama ini STAN telah mengalahkan popularitas instansi yang bernaung di bawah kekuasaan Bapak? Bapak Bambang Sudibyo yang terhormat, saya sangat menghormati Anda sebagai orang yang memiliki ilmu pengetahuan yang tinggi, seorang Profesor Doktor yang bila dibandingkan dengan saya maka saya hanyalah manusia hina yang tidak ada apa-apanya. Mungkin kami sebagai mahasiswa STAN, akan dengan berlapang hati memaafkan pernyataan Bapak yang cukup menyakiti hati kami. Namun apakah Bapak, sebagai orang tua, akan bisa menerima jika anak-anak kesayangan Bapak, penerus keluarga Bapak dicap sebagai calon koruptor? Apakah orang tua kami mendidik kami untuk menjadi pelaku korupsi? Apakah orang tua kami membesarkan kami tidak dengan iman dan takwa? Orang tua mana yang tidak sakit hatinya jika anaknya dicap sebagai perembet budaya korupsi?

Marilah kita bersama-sama membangun negeri ini bukan dengan perkataan, tetapi dengan belajar, berkarya dan bekerja. Selamanya perkataan hanya akan hidup dalam pikiran selama kita tidak bangun untuk merealisasikannya!

Mohon maaf jika ada kata-kata yang kurang berkenan dalam tulisan ini. Saya mohon maaf sebesar-besarnya, tulisan ini adalah sebuah ungkapan curahan hati saya yang tersakiti sebagai mahasiswa STAN…

86 Responses to Surat Seorang Mahasiswa STAN untuk Bapak Prof. Dr. Bambang Sudibyo

    • Akhmad berkata:

      Bisa dipahami kalau Anda sedemikian marahnya, tapi nggak usah berlebihan lah. Pengalaman saya di STAN dulu memang ada beberapa mahasiswa (mungkin juga banyak) yang memilih jurusan Pajak dan Bea Cukai dengan tujuan agar nantinya cepat kaya. Jadi menurut saya benih-benih mental korupsi itu sudah ada sejak jadi mahasiswa, terutama mahasiswa dari jurusan “basah”. Saya pernah jalan-jalan di Bintari Jaya dengan teman dari Prodip Pajak, teman tersebut tiba-tiba berkata, “nanti rumah saya akan sebesar ini” (sambil menunjuk rumah megah di kawasan Bintaro Jaya. Barangkali perlu diadakan penelitian kepada mahasiswa STAN tentang motif kuliah di STAN. Sebab tidak bisa dipungkiri lagi bahwa gaya hidup para pegawai Pajak dan Bea Cukai itu yang rata-rata membuat orang heran. Kok bisa ya cuma golongan II saja bisa punya mobil bagus, rumah megah, dan seterusnya.

      • rezkydaniel berkata:

        Upz…Sepertinya ada miscommunication niey..
        ini bukan tulisan asli saya mas..
        🙂

      • akusukamengeles berkata:

        jujur ya, awalnya saya masuk STAN dengan pikiran lugu dan sederhana seperti itu (karena melihat contoh yang sudah-sudah)
        tapi setelah di dalam, mengikuti pendidikannya, pandangan saya malah berbalik 180 derajat
        saya baru tahu bahwa keinginan saya itu salah, dan melawan hukum!
        sungguh, pendidikan di bawah BPPK-lah yang membuka mata saya akan banyak hal
        memandang semua persoalan dari berbagai aspek; hukum, politik, ekonomi (baik makro maupun mikro)
        tanya aja sama lulusan perguruan tinggi negeri/swasta, siapa sih yang ga mau kaya, siapa sih yang ga mau pekerjaan tetap?
        kalau “niat jelek” seperti itu yang menjadi motivasi, saya rasa lulusan PTN/PTS manapun berpotensi koruptif
        adalah tidak fair untuk mendiskreditkan salah satu PT
        apalagi dengan mengeluarkan pernyataan publik tanpa data dan fakta, saya rasa itu tidak pantas dilakukan oleh orang yang mengaku terdidik

      • rifky iyan berkata:

        ya memang sih ada bbrapa..tp itu kn hny beberapa..qta tidak bisa menilai beribu2 orang hny dgan mgambil cntoh 1,2 org saja..

        mgkin dr awal,tman anda sdah brniat sperti itu..
        mka dr itu..tgas keluarga besar STAN adl hrus mgubah pola pkir yg sperti itu..

        semangat !! ^_^

      • rezkydaniel berkata:

        wah..saya setuju bgt ama komentr anda..
        🙂

  1. pemilik tulisan berkata:

    maaf pak, tulisan ini mohon jangan dipublish dulu karena terlalu frontal. sebagai gantinya saya buat tulisan yang bisa memberi motivasi untuk adik2 kita masuk ke stan.

    Sebelumnya saya minta maaf kalau saya memenuhi notif kalian… saya minta masukannya tentang tulisan ini karen tulisan ini akan saya masukkan ke buku saya yang baru… yang kurang berkenan message aja biar saya remove tagnya…

    Ini dia penampakan kovernya
    

    STAN, ketika beribu mimpi menyebutkan satu nama ini. Ketika berpuluh-puluh pasang langkah menuju tempat yang sama. Dan ketika beratus ribu orang menggantungkan harapannya, dengan cemas, dengan semangat, dengan penuh harap, dengan asa, dengan doa dan juga dengan niatan yang tulus. Entah tak terhitung lagi banyaknya mereka yang kecewa, mereka yang sedih dan mereka yang merasa mampu namun tak dapat menggapai mimpinya. STAN memberikan suatu harapan akan masa depan yang terancang rapi, hidup yang nyaman serta jenjang kehidupan yang mantap.

    Bukan karena uang, bukan karena kekuasaan, bukan karena kesombongan dan juga bukan pula karena ingin dipandang hebat… kami melangkahkan kaki bersama di STAN untuk membangun bangsa ini. Memberikan pengabdian kepada negeri dengan merelakan tiga tahun dalam hidup kami untuk belajar, mempertaruhkan waktu belajar untuk lolos dalam jeratan DO. Banyak yang mendiskreditkan kami, ingin membubarkan rumah tempat kami belajar dan menebar berbagai fitnah yang menyudutkan kami. Namun kami tidak akan pernah peduli, inilah kami, kami adalah rantai yang tak tercerai berai, kami adalah mahasiswa STAN.

    Andaikan kami mampu melihat tangis doa orang tua kami, andai kami bisa mendengar bisikan hati ibu kami, merasakan jerih payah keringat ayah kami untuk mendukung kami untuk lulus dari STAN, mungkin air mata ini tak akan mampu membayar semuanya. Hidup bukanlah roda yang berputar, akan tetapi hidup adalah roda yang menggelinding. Roda ini sedang berputar menggelinding menjalani jalan hidup kami yang singgah di kampus perjuangan yang bernama STAN. Ibu, Ayah, jika kalian tahu bahwa kami terus berusaha menjaga keseimbangan hidup ini hingga roda ini tak akan terjungkal di kampus perjuangan ini, agar terus menggelinding sampai di tujuan kami.

    Mungkin dalam diri ini kami tidak pernah mengetahui, untuk apa sebenarnya kami disini? Apakah kami berada disini untuk menjalani takdir kehidupan belaka? Kenapa putaran nasib dan perjuangan kami mendamparkan kami disini? Mungkin kami memilih STAN karena keterbatasan mata ini melihat? Sehingga mata hati ini kami hiraukan untuk mempertimbangkan kenapa kami bisa berada disini? Mungkin kami tidak akan pernah menghiraukan semua yang bisa kami lihat, karena sesungguhnya kami berada disini atas kemauan kami. Apa yang kami pilih dan kami usahakan adalah apa yang harus kami pertanggungjawabkan. Kami tandatangani surat kesanggupan, sanggup ditempatkan dimana saja, sanggup bekerja di instansi yang ditentukan sanggup menjalani masa kerja yang diwajibkan. Kami tidak bisa hanya berharap di dalam perjuangan ini. Yang hanya bisa kami lakukan adalah berjuang, berjuang dan terus berjuang sehingga nasib ini membawa kami menjadi lebih baik.

    STAN, kampus perjuangan kami, memberikan semua yang tak didapatkan saudara kami di luar sana. Namun inilah hidup, hidup memilih insan-insan yang pantas berada di tempatnya. Terima kasih takdir, karena engkau sudah mendudukkan kami di bangku ini, bangku yang nyaman, dengan dinginnya deru pendingin udara yang tiada henti menyejukkan kami ketika kami menuntut ilmu. Kami tersadar bahwa dibalik kenyamanan ini kami memangku tanggung jawab seperti yang para pendiri bangsa ini perjuangkan, menjaga agar negara ini tidak goyah walaupun kami hanya bisa berjuang dengan pena dan kertas dalam menuntut ilmu.

    

    STAN bukanlah seperti yang kalian lihat dengan mata indera yang kamu miliki. Tataplah STAN dengan akal yang Tuhan berikan. Ketika kami dicerca karena pendidikan kami dibiayai oleh uang yang didapatkan dari rakyat, sesungguhnya kami sedang berjuang keras keluar dari labirin. Labirin itu hanya bisa kami lalui dengan belajar dan tiada henti belajar, menempa diri kami dengan ilmu sehingga kami tidak terjebak di dalam labirin itu. Labirin itu hanya akan membawa kami kepada satu pintu, yaitu pintu pengabdian yang tidak akan membuat kami sekaya konglomerat, akan tetapi akan membawa kami kepada kemuliaan jika kamu jujur menjalaninya.

    Tiga tahun mungkin waktu yang akan terasa cepat berlalu, namun bagi kami waktu seolah berhenti saat pengumuman kelulusan. Nafas ini sesak ketika kami membuka lembaran pengumuman yang menentukan kami untuk lulus atau tidak. Jantung ini semakin berdetak lemah ketika jari kami terus meraba-raba mencari nama kami dalam pengumuman kelulusan. Ya Tuhan, kami tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan emas ini. Kami tidak ingin tempat yang nyaman ini kami tinggalkan dengan penuh kegagalan. Kami ingin membuktikan bahwa kami pantas berada disini. Lebih banyak mereka yang di luar sana yang pantas berada disini, yang mampu memanfaatkan masa tiga tahun ini dengan sebaik-baiknya hingga pengabdian. Kuatkanlah kami Tuhan, karena engkau telah menorehkan tinta emas takdir ini untuk berada disini.

    Bukan karena pintar, bukan karena beruntung, bukan karena nasib. Kami berada disini sebagai sebuah rencana besar yang telah disiapkan Tuhan. Rencana itulah yang akan membawa bangsa ini pada perubahan. Berjuta-juta kata integritas dinaungkan di telinga kami sehingga kata itu terpatri dalam alam bawah sadar kami dan membentuk jiwa idealisme kami. Biarlah angin kencang menerpa tempat kami berteduh, awan mendung akan berganti menjadi hujan, badai akan reda menjadi angin lembut dan waktu akan menyingkap semuanya ke cahaya terang. Kami bangga menjadi mahasiswa STAN, karena kami tak hanya duduk dan berbicara, tetapi kami bergerak, berpikir dan bekerja untuk Indonesia. Biarlah mereka bicara lantang di luar sana, sesungguhnya orang yang banyak bicara karena ia merasa tidak pernah didengarkan. Kami akan terus belajar, sehingga lulus dan kami dapat bekerja. Dengan bekerja kami dapat membangun bangsa ini. Dan jika bangsa ini maju maka hidup kita akan mulia.

    “Jayalah STAN, jayalah mahasiswa STAN, teruslah menjadi harapan dan tulang punggung keuangan Negara. Teruslah gaungkan panji-panji kebesaran dengan dilandasi integritas yang tinggi, patri erat dalam hati dan jayalah Indonesia!”

    • rezkydaniel berkata:

      Orang nya datang..hehehe…
      saya tau koq mas sedang emosional membacanya….

      saya sependapat mengenai inti tulisan, tapi kurang sepakat mengenai penyampaian mas yg terlalu emosional….
      oke mas..
      dalam waktu dekat akan saya tutup posting ini…
      🙂

    • Umatun ^^MJSAMK^^ berkata:

      Hmm… Sudah diklarifikasi di sini ya,, Lebih berbobot pesannya,,,, 🙂

      Salam kenal dan salam semangat untuk Mahasiswa STAN

      Salam dari BCSW di bawah Kementerian Sosial RI 😉

  2. J.X. Chapman berkata:

    ijin repost ya….

  3. ike berkata:

    kk,
    izin share ya. . .
    n.n

  4. Albanjary berkata:

    Ini kan tulisannya Yudha Pradana….

  5. putuprasasta berkata:

    ijin repost isi suratnya bro..

  6. ais berkata:

    bukan hiperbol, tapi saya walau sbg mahasiswa yg berbeda almamater dgn anda, nangis membacanya

  7. aish berkata:

    tidak hiperbol, tapi sungguh, saya sbg mahasiswa dgn almamater berbeda, membaca ini dgn tangis.
    keep struggle my friends!

  8. pandu adhitya berkata:

    mungkin beliau sedang khilaf akan kata”nya.. mari kita saling memaafkan dan kita berdoa saja semoga beliau cepat tersadar dari ke khilafannya.. semoga Allah menyelipkan sebuah hikmah d balik segalanya.. amin

  9. suhu berkata:

    salam kenal mas

  10. Riyan berkata:

    saya sepakat dengan Mas, 100%..STAN dididik dan dikelola oleh orang2 terbaik dan jujur, korupsi perpajakan bukan karena STAN.
    Pendapat Pribadi saya, saat masuk STAN alumni2 ini masih muda, dan mereka langsung bentrok dengan kenyataan pahit di lapangan, jadinya mereka banyak yang ikut arus, tapi CATAT banyak dari kami yang berdiri melawan arus itu, sekarang sejak modernisasi Arus itu mendukung gerakan reformasi pajak, namun kami terkendala justru oleh orang2 “tua” yang tidak bisa mengikuti perkembangan dan celakanya beberapa dari mereak menjadi pimpinan

  11. cakyus berkata:

    saya cari-cari berita yang sama dari media lain kok nggak ketemu ya .. menurut saya, mengacu pada hanya satu sumber berita di media internet kurang kuat .. apalagi sumber nya dari “suara merdeka” ? dari kompas, liputas6, rcti, bbc udah dicari nggak ada tuh .. apa ada kemungkinan cuman blow up saja ?

    • rezkydaniel berkata:

      Soalnya di media lain, sudah pada dihapus gan…jadi tinggal media dari suara merdeka yang masih tersisa…
      kan mempublish sesuatu di media kan sprti bermata dua..
      jadi gak smw media menanyangkan hal-hal seperti ini..
      ^_^

      Post saya pun sudah diminta langsung oleh teman almamater yang menulis post ini utk segera dihapus…
      🙂

  12. omiyan berkata:

    Bambang Soedibyo mungkin kuesel anaknya ga bisa masuk STAN, ane aja punya sahabat anak STAN hidupnya biasa.

    Masalah korupsi kalau mau jujuran cek orang yang kerja di Pemda/Pemprov semuanya mau masuk pake duit mungkin ada yang lolos secara jujur, tapi lihat gaya hidup mereka didaerah fantastis….

    buka mata Soedibyo…..Dana BOS aje dikorupsi didaerah …….

    Picingkan mata ente Soedibyo…..orang Pemda golongan II aja sudah pada rumah dan mobil, ane bakal buktiin itu..

    Ane kesel nih ama cecunguk satu ini…..

  13. hahaha berkata:

    Biar saja orang berkata lain. yang penting kan hasilnya.

    MAHASISWA STAN! Ayo kita tunjukkan! hahaha

  14. Michael Sumbayak berkata:

    klo punya cita2 jadi org kaya…semua org pasti punya…mana ada org yg pengen jadi org miskin.
    tapi yang pasti STAN tidak pernah mendidik mahasiswanya menjadi koruptor…kalau disangkut-pautkan dgn kasus yg ada…lulusan PTK lain juga ada yg tertangkap korupsi,krn si “kawan” itu korupsinya dikaitkan dgn kepentingan berbagai pihak..makanya sangat diekspose..

    yg pasti…kesalahan 1 org alumni jangan jadi dasar untuk menggeneralisasi seluruh almamater..
    muakkk saya mendengar STAN mendidik menjadi orang kayalah…koruptorlah…

    berlebihan org yg mengatakan demikian…bahkan bisa dikatakan “ALLAY”..
    hiyaaakkkzzzz…. :p

  15. sekalipun STAN memiliki potensi untuk koruptif….
    itu kan perilaku dan sifat ‘potential’ setiap manusia, lantas kenapa harus dimusuhi, harusnya suguhi dengan nada solutif bukan malah memenjarakan dan memarginalkan orang-orang STAN, toh yang korutif itu sifat bawaannya…penegakkan hukum yang utama…klo sekeras ‘aturan Islam’ bahwa yg mencuri harus dipotong tangan..
    gak ad yg mau ikut jejak koruptif dong…kecuali mau hidup dengan tidak bertangan….
    http://www.islamicstudiesunidar.wordpress.com

  16. lany berkata:

    saat ini saya memang bukan mahasiswi stan, tpi membaca tulisan diatas saya bisa merasakan apa yang penulis rasakan..
    menanggipa hal tsb, saya hanya bisa berkata “mari berantas korupsi mulai dari diri sendiri ^^ “

  17. rifky iyan berkata:

    sya mahasiswa baru stan..baru masug tahun ini.

    sya sgat kcewa dgn media2 yg terkadang memojokkan kampus kita tercinta..
    bhakan hny krn kasus g*yus t*mbun*n,almamater qta tercoreng namany.

    knp media menuding stan..pdahal msih bnyak koruptor yg mgkin lbih parah dr g*yus..tp tidak disebut ia lulusan dr UI,UGM,dsb..

    saya kecewa..
    T_T

  18. Gepeng berkata:

    Cobalah dilihat kemampuan mendeskripsikan motivasi temen2 saat masuk STAN karena seingat saya tes masuk tidak ada interview…..

    Jika seorang dokter ada kemungkinan memiliki motivasi menolong….

    Seorang guru kemungkinan memiliki motivasi agar anak didiknya pinter….

    Sedangkan STAN??? Pandai tidak identik bermoral baik….

    Mungkin interview (fit n proper test) perlu dilakukan, seperti tes masuk pegawai negeri dibeberapa instansi.

    Regards

  19. zalisak berkata:

    wow…
    jadi penasaran

  20. bujang kelana berkata:

    ……..///\\\You
    ……….///_\\\\are
    ………||.^|=\\\ Beautiful
    ………))\_-_/ ((\ Intelligent
    ………)’_/.”.\_`\) Smart
    ……/./._.\…/…\ Sincere
    ….././(_.\x/._).| Kind
    ……\.\.)”.|.”(/./ Adorable
    …….\.’…’.. //./ Ideal
    ……/………/./ Naughty
    ……|….__.\.\ Attractive
    ……|…/.\…\/ Sweet
    ……|..|…\.. \ Cute
    ……|..|…..\..\ Unique
    ……|..|……\..\ lovable
    ……|..|…….\..\ Understanding
    ……|..|……..\..\ & a Very Very
    ……|..|………\..\ GOOD friend of mine; )
    …../__\……….|__\

  21. romailprincipe berkata:

    Surat mantap…tapi generalisasi Bambang Sudibyo mungkin tidak usah disalahkan, bisa saja beliau menceritakan pengalaman pribadi kan?

  22. Ph!duT berkata:

    bingung mo comment apa 😀

  23. bkmjkt berkata:

    “Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya, serta berhak untuk mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah dan meyampaikan informasi dengan menggunakan segala jenis saluran yang tersedia.”
    Pasal 28F, Amandemen Kedua Konstitusi Negara Republik Indonesia

    Lanjutkan Bro, brantas korupsi sampai keakarnya !

  24. Suntari berkata:

    Potensi menjadi koruptor tidak bisa dilihat dari satu sudut perspektif saja, tidak pua dengan satu dimensi. STAN mengajarkan Integritas, Intelektualitas, Akhlaq dan Budi Pekerti bagi SDM Abdi Negara. Untuk menjadi mahasiswa di STAN bukan persalan mudah, untuk dapat lulus-pun bukan perkara mudah, semua melalui proses pendadaran Intelektualitas, kaabilitas, dan moral. Lingkungan Akademik STAN adalah lingkungan yang ber-Akhlaq, boleh dicek dan dibandingkan dengan komunitas dan budaya kampus lain. Alumni STAN adala intelektual dibidang masing2 , Pajak, Perbendaharaa, Beacukai, Apraiser, Akuntan,..mereka “Pure Proffesional”..yang belum tersentuh kotornya budaya birokrasi yang sebenarnya. PERSOALANNYA : adalah Budaya dilingkungan kerja dimana mereka memperoleh penugasan, BUKAN HAL MUDAH…menjadi inisiator perubahan bagi para lulusan itu…, bukan hal mudah menciptakan budaya baru dan menanamkan ide-ide semasa kuliah…yang ada adalah bentuk perlawanan budaya lama birokrasi…, dan racun dari para pelaku-pelaku lamanya-nya. Persoalan krusialnya bukan di STAN tapi keharusan merubah “Budaya Kerja dan Birokrasi” dimana para Alumni STAN itu ditempatkan..! bukan mempersoalkan STAN sebagai produsen SDM-nya ! Meskipun perlu juga mengamb hikmah dari kasus yang sudah ada STAN juga harus lebih memperbaiki metode perekrutan dan pendidikan SDM dilingkungan DEPKEU,…memasukkan Mata Kuliah “Etika” sudah merupakan keharusan…, atau doktrin tentang larangan perbuatan korupsi.Selebihnya kita kembalikan saja pada hati nurani….,mengambil cermin didalam hati …berkaca melihat wajah kita sendiri.

    • Gepeng berkata:

      Budaya birokrasi dilingkungan kerja siapa yang bentuk??? Bukannya dari dulu DEPKEU diisi temen2 lulusan STAN???? Jadi bingung diriku hehehe…..

      • pernah ngajar berkata:

        tidak selalu. selain stan, depkeu (sekarang kemenkeu) juga diisi dari lulusan S1/S2 non stan dan honorer (meski sekarang jalur honorer sudah tidak dibuka sejak beberapa tahun yang lalu).

        Lalu, apakah adil stan disalahkan untuk korupsi yang terjadi di kemenku? Perlu anda ketahui, stan juga mengisi KPK, BPK dan BPKP. Apakah lembaga tersebut juga merupakan sarang korupsi karena yg mengisi banyak yang dariu STAN?

      • rezkydaniel berkata:

        setujuh dengan comment anda…
        🙂

      • rifky iyan berkata:

        wah salah mas..depkeu tidak hny diisi lulusan stan..
        50 % lulusan stan 50 % dr tes cpns dep.keuangan..

        jd tdak hny dr stan doang..

        mau tnya mas..alo misalnya anda ikut tes stan..kmudian dtrima..bkal d ambil gag?

        n apa msh pny pmikiran sprti itu bila misalny jd mhasisiwa stan?

        hehehe.. ^_^

      • rezkydaniel berkata:

        wah, kebetulan saya alumnus dari STAN mas…lagi magang di kantor Pajak..
        saya sih lebih baik berbisnis daripada harus korupsi….
        🙂

      • Gepeng berkata:

        Masing-masing pribadi memiliki cita2, seperti yang empunya blog jadi pebisnis, demikian jg saya. Terus terang saya tidak terlalu tertarik masuk stan karena saya lebih suka yang bersifat penelitian.

        Tapi menurut saya memang ada persoalan kronis dalam tubuh pegawai negeri dan seharusnya kemenkeu sebagai pelopor reformasi birokrasi harus punya sistem yang sudah pasti harus berbeda dengan sistem sebelumnya yang dianggap memberi peluang korupsi.

      • rezkydaniel berkata:

        betul betul betul……
        saya sependapat dengan anda..
        🙂

    • gunn berkata:

      mata kuliah “etika profesi” kan memang sudah ada sejak jaman saya kuliah (2005)

  25. nurrahman berkata:

    saatnya anak2 STAN membuktikan bahwa pak bambang kurang tepat.salah satunya dgn mendorong untuk menuntaskan kasus hukum gayus, klo memang korupsi besar, hukumlah dgn yg proporsional….

  26. wahyuexlesia berkata:

    tetap semangat dalam segala hal yang ingin di kerjakan dan di raih……………..

  27. Semua dapat berpotensi jadi koruptor, tergantung bagaimana jiwa dapat mengkontrol nafsu korup.

    Lagi’an perkataan BS merupakan generalisasi yang terlalu berlebihan jangan diambil pusing. Saya yakin banyak mahasiswa2 stan yang masih dijalur yang benar.

  28. Hasbi berkata:

    Lagi… STAN jadi “kambing hitam”?
    Bapak Bambang kalo mau Qurban cari kambing beneran dong, jangan cari “Kambing Hitam” yang nggak sepantesnya secara sepihak disalahkan. . .
    Saya akui, rekan2 saya “disana” banyak yang berangan ingin punya ini dan itu, tapi tidak pernah saya mendengar, “Besok kalo udah KERJA saya ingin korup aja ah, biar cepet kaya”.

    Mungkin, karena sebagai narasumber, Bapak ingin terkesan sebagai seorang “Pembawa Perubahan”, entah benar2 ingin membawa perubahan atau ingin mendapat jabatan LAGI. Tapi, membawa perubahan itu = mecari SOLUSI, sedangkan solusi itu berbeda dengan MENYALAHKAN. . .

  29. pplnstan berkata:

    jangan sampai kata-kata seorang Professor (yang juga manusia biasa) menghancurkan harapan dan smangat kita kawan. biarlah mereka berkata-kata semau mreka, mari kita buktikan apa yang bisa kita lakukan demi Kemajuan Keuangan Negara! kita telah berdiri disini, di Kampus STAN, dan telah bersaing melawan ratusan ribu peserta lainnya… mari kita buktikan kalau kita mampu, kita bisa menjadi punggawa-punggawa keuangan negara yang berkarya dan bernasionalisme. suarakan dalam hati kita “SAYA BUKAN KORUPTOR DAN SAYA AKAN BUKTIKAN ITU”

    vivat STAN!!

  30. Dr.Dooms berkata:

    Verse1
    Sekolah Tinggi Akuntansi Negara
    Pandai menempa cita baja
    Bagai Lautan kami maju bersatu
    Demi keuangan negara

    Reff:
    Kami mahasiswa pengabdi bangsa dengan Pancasila
    Berdiri paling depan untuk Indonesia tercinta

    Verse2
    Tak mampu badai tak juga halilintar
    Mengoyak citra kampus kita
    Oh Indonesia inilah lengan kami
    Siap membela demi bangsa

    Maju terus STAN!
    Buktikan kepada dunia bahwa mereka itu salah!

  31. adrian berkata:

    Saya malah sudah merasakan “pahit”nya DO dari STAN. Tapi justru sekarang saya salut dengan perkembangan STAN saat ini.

  32. irhyin berkata:

    ijin share ya…

  33. fuadfauzi berkata:

    waw….

    yahud bener…

    memang STAN tidak mengajarkan siswanya untuk KORUPSI. tapi lingkungan kerja setelah STAN yang menjadi Universitas Korupsi Indonesia.

    haha, selamat berjuang insan-insan keuangan. ingat, koruptor dapet gelar kejahatan ganda, di dunia dan akhirat.

    dan untuk mas CEO Bimbel USM STAN No.1 versi dia…

    ati-ati, anda juga bisa kecipratan dosa… 😀

    haha, sorry. saya bukannya ngiri. tapi hanya melihat realita.

    😀

    • rezkydaniel berkata:

      Realita yang terjadi emank seperti itu mas.. Karena itu saya lebih prefer punya bisnis sampingan daripada korupsiin uang rakyat..
      (untuk mencegah kecipratan itu)..

      hahaha, iri maupun ga iri, gak jadi masalah mas.. yang penting mas sudah mengingatkan kami anak STAN.

  34. iqul berkata:

    teman saya banyak sekali yang masuk STAN, bahkan Kakak saya lulusan STAN. Ketika kakak saya kuliah dulu, optimisme beliau sangatlah tinggi. Beliau bilang, STAN sekarang sudah beda, departemen keuangan mulai mengarah ke perubahan, akar-akar Orde Baru lama kelamaan mulai luntur digantikan kader-kader baru dari STAN. STAN saya akui pernah memikat hati saya selama 3tahun semenjak lulus SMP. Namun Allah menempatkan saya bukan di STAN, bukan saya tidak diterima atau barisan sakit hati disini. Saya samasekali tidak mendaftar karena izin orangtua. Orangtua tidak mengizinkan orangtua saya meninggalkan apa yang saya sudah dapat, yaitu di kampus yang sekarang saya berdiri dan menulis komen ini.

    Kakak saya belakangan ini sudah hilang optimismenya. Beliau sekarang sudah pasrah terhadap keadaan yang memang instansi tempat beliau bekerja tampaknya memang masih terbilang korup.

    Dan melihat kenyataan kawan-kawan saya yang kini menempuh studi disana, masih banyak sekali yang ibaratnya cuma sekedar belajar dalam kelas. Maksudnya tanpa ada kegiatan-kegiatan lain yang bernilai penciptaan karakter.

    Pesan saya sih sederhana, kalian mahasiswa STAN rajin-rajinlah berkemahasiswaan. Kemahasiswaan yang sesungguhnya akan membawa karakter pada diri kalian. Karakter yang terbentuk tentunya karakter yang anti korupsi. Kami yakin kawan-kawan di kampus STAN akan menciptakan perubahan bagi bangsa ini.

    Dari karakter yang kuat tersebutlah kalian nantinya di tempatkan dalam instansi pemerintahan yang kebal akan godaan korupsi. Dari situ kalian bikin gerakan komunal untuk menjalankan pemerintahan yang bersih. Good luck………………… 🙂

  35. doe berkata:

    kita mahasiswa STAN mesti sabar saja deh
    gak semua seperti itu
    kalau kita dianggap kaya atau mewah itu karena:
    1. alhamdulillah
    2. secara penghasilan (depkeu) isnyallah kita sudah cukup, terlebih dengan remun, yang memang agak sedikit di atas teman2 yang lain, asal mau nanbung gak hura2, bisa kok beli mobil, bisa kok beli rumah tanpa korupsi.
    3. pikiran anak STAN itu setelah kuliah bukan kaya, tapi pengen cepet nikah.
    4. bisa ditandingkan dengan kampus lain deh pembinaan agama (apapun) di STAN, aku yakin kita menang.

    agak miris juga kok banyak yang nganggep kita pencetak koruptor. gak papa yang penting kita yang tau Tuhan yang tahu, dan marilah ketika alumni kita memang korup ya kia jangan menutupi ataupun membela

    tetep semangat membangun Indonesia

    tapi kalau bapak itu berkoar2 lagi laporin pecemaran baik yuuukkkk
    aneh dulu kemane aje pas jadi menkeu??? dulu diem aje…

  36. pernah ngajar berkata:

    “Dengarkan, tapi jika tidak benar biarkan saja. Jika benar meski satu kata, perbaiki diri kita.”

    Setidaknya, kata-kata yang dikeluarkan sang profesor meskipun dengan latar belakang apapun, tetap bisa diambil pelajaran.

    Bagi mahasiswa, anggap saja itu sebagai lecutan untuk lebih giat belajar, lebih jujur, lebih kritis, serta lebih lurus niatnya. Bagi alumni, anggap saja kata-kata sang profesor sebagai sarana untuk terus mawas diri agar tetap dalam jalur yang benar dan mampu berprestasi, melalmpaui PTN/PTS lain.

    Dan bagi dosen/pengajar, anggap itu sebagai kritikan agar tambah disiplin mengajar, tambah semangat, serta selalu menanamkan nilai2 kejujuran dan kebaikan lainnya baik melalui kata maupun aplikasi di kelas.

    Bagi yang sudah bekerja di luar kepemerintahan, termasuk yang mengajar di luar, jadikan komentar sang profesor sebagai ajang pembuktian diri, bahwa di mana pun anda berada, alumni stan memiliki kemampuan, integritas, serta jiwa nasionalisme yang tinggi.

    Bagi alumnus stan, yg kini melanjutkan di PTN/PTS baik dalam negeri maupun luar negeri, termasuk di tempat sang professor, anggap ‘nyanyian’ sang profesor sebagai nyanyian Mars yang membakar semangat Anda untuk mampu bersaing dg lulusan PTN/PTS lain dengan cara yang elegan, jujur dan penuh kerja keras. (SEKEDAR CERITA, NANANG SUPRIYANTO, TEMAN KITA yang meninggal dunia dalam kecelakaan kereta api (penumpang kelas BISNIS) di Pemalang saat akan menengok keluarga, adalah lulusan magister UGM dg IP 4.00. Satu teman saya, Muhammad Lufti (angkatan 90 atau 91) juga merupakan satu-satunya master peraih IP 4 saat wisuda bulan Mei 2010 di UNPAD, di mana saya juga sebagai lulusan dengan predikat yg sama meskipun IP tak sebaik dia). Hanya sekedar contoh, bahwa kita tidak bisa dianggap sebelah mata.

    Saya lulusan d3/d4 , pernah mengajar di stan- sekarang sedang off-, namun mengajar di tempat lain. Satu yang saya benci mengajar di stan adalah harus menyiapkan diri sebaik2nya karena berondongan pertanyaan akan selalu menyerbu, dan itu tak saya dapatkan saat mengajar di tempat lain, atau pun saat saya belajar di tempat lain.

    Ok, selamat berbenah selalu untuk membuktikan kebaikan almamater kita.

  37. linathulin berkata:

    salam kenal
    semoga generasi muda lebih mementingkan negeri ini untuk maju dan lebih maju

  38. yudha hari subagyo berkata:

    gw cukup memaklumi orang yg ga sampe setahun jadi menkeu kemudian memberi komentar seperti itu… http://www.depkeu.go.id/ind/Organization/?prof=hismenkeu

    pas jamannya dia memegang amanah menkeu kondisi perpolitikan dan ekonomi indonesia kan lagi chaos tuh.. mungkin saja kegagalan dia waktu itu untuk membenahi perekonomian dialamatkan pada SDM STAN yang sebagian besar lulusannya di depkeu… ya maklumlah -atasan selalu benar-

  39. rifky iyan berkata:

    ijin curhat..satu2 ny universitas d indonesia yg bnyak kambingnya(kmbing bneran…mbeeeek)…hehehe
    ^_^

    taun ini lapangan besarny mau d bngun student center..

  40. kok saya merasa bagian ini agak lebay ya..?

    Buat apa seorang mahasiswa semester 5 Fakultas Kedokteran meninggalkan studinya yang tinggal 2 semester lagi hanya untuk STAN? Buat apa seorang mahasiswa UI, ITB, UNDIP, UNPAD, UNAIR, UGM banyak yang lebih memilih STAN sebagai tempatnya menimba ilmu dibanding di Perguruan Tinggi Negeri yang sudah terjamin nama besarnya.

    secara garis besar saya melihat surat ini bukan cuma berisi protes thd mendiknas, tapi juga bentuk superioritas STAN terhadap institusi pendidikan lainnya.

  41. Onta berkata:

    Itu bukan lebay, memang byk yg seperti itu,lebih memilih stan krn mringankan beban ortu n mengharapkn dpt pekerjaan yg pasti. Dan bukan superioritas menurut saya,kalaupun iya memang pd kenyataanx begitu.

  42. Iffah berkata:

    sebagai alumni STAN saya juga merasakan sakit hati yang sama akibat kata2 pak BS …

  43. samyo berkata:

    goblok tu orang emang….

Tinggalkan Balasan ke Dioba Nur Fahmite Batalkan balasan